A.
Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen kelas terdiri dari dua buah
kata yaitu manajemen dan kelas. Manajemen sendiri adalah kata serapan yang
berhasal dari bahasa Inggris yaitu “management” yang diartikan dalam bahasa
indonesia sebagai pengelolaan, ketatalaksanaan, ataupun tata pimpipinan.
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsini Arikunto
adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik
adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang
mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari segi anak
didik. Pendapat sejalan dengan pendapat Suharsini Arikunto di dalam deduktif
terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas yaitu sekelompok siswa yang
pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.
Menurut
Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru”
sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau
rombongan belajar”.
Kelas menurut pandangan umum dapat
dibedakan atas dua pandangan yaitu:
1.
Pandangan dari segi siswa, seperti dalam contoh pembicaraan
“dikelas saya terdapat 20 orang siswa putra dan 15 siswa putri”
2.
Pandangan dari aspek fisik, seperti dalam contoh pembicaraan
“kelas ini berukuran 6 x 8 meter persegi”.
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua
sudut yaitu :
1. Kelas dalam arti sempit yakni,
ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar.
2. Kelas dalam arti luas adalah, suatu
masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai
suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamisme
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang efektif untuk mencapai
suatu tujuan.
Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna
mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa
pengelolaan kelas adalah kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran. Pengelolaan dalam konteks ini adalah pengelolaan dalam segala aspek
di dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru harus memahami arti dari
manajemen kelas agar dapat mengaplikasikannya ke dalam proses mengajar nantinya
agar tercipta suasana kelas yang kondusif dan siswa dapat menyerap materi
dengan baik.
B.
Urgensi Manajemen Kelas
Manajemen kelas sangatlah penting
dilakukan karena tanpa adanya kelas yang kondusif, siswa tidak akan dapat
menyerap materi yang diberikan oleg guru dengan baik. Seperti yang telah
dituliskan dalam latar belakang masalah di muka, banyak sekali hal yang
m,endasari pentingnya manajemen kelas dalam pembelajaran.
Seorang pendidik atau guru perlu menguasai
banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa mereka.
Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan
kualitas komunikasi antar guru dansiswa merupakan faktor penting yang bisa
memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Guru bertanggung
jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari keluarga yang tidak mampu atau
kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerja setelah sekolah, atau mereka
yang berasal darikelompok minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan
berbagaikesulitan atau kecacatan belajar. Tak satupun dari situasi atau faktor
ini harus menyebabkan masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin
beresikomendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru
tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu
menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan menurut
individu.
Manajemen kelas juga penting sekali
mengingat tujuan-tujuan manajemen kelas yang tentu saja akan sangat
mempengaruhi profesionalitas seorang guru. Tujuan manajemen kelas antara lain:
Menurut
Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi
kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas
serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
5) Tujuan pengelolaan kelas menurut
Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan
pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta
apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat
bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja
dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.
Pengelolaan kelas merupakan salah satu
keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan
pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu
pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan
perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik
secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, didalamnya
mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan
kelas, yaitu:
1. Masalah Individual:
a) Attention getting behaviors (pola
perilaku mencari perhatian).
b) Power seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan kekuatan).
c) Revenge seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan balas dendam).
d) Helplessness (peragaan
ketidakmampuan).
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok:
a) Kelas kurang kohesif, karena alasan
jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
b) Penyimpangan dari norma-norma
perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
c) Kelas mereaksi secara negatif
terhadap salah seorang anggotanya.
d) “Membombong” anggota kelas yang
melanggar norma kelompok.
e) Kelompok cenderung mudah dialihkan
perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
f) Semangat kerja rendah atau semacam
aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair.
Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Sudirman
N, dkk (Syaiful Bahri Djamarah, 2002 : 198) mengemukakan bahwa manajemen kelas
merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu kelas mempunyai
peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi
edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik
untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
Seperti
yang telah dikemukakan oleh Sudirman N di atas bahwa manajemen kelas merupakan
upaya dalam menggunakan potensi kelas. Dalam hal ini termasuk penataan ruang
dan perabot kelas dan juga pemberdayaan sarana dan alat peraga serta pengaturan
waktu sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
pembelajaran pun dapat tercapat secara optimal.
Jadi manajemen kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru secara sengaja dan dilakukan secara berkesinambungan dengan tujuan membuat anak didik merasa betah di dalam kelas dengan adanya suasana yang menyenangkan atau kondusif demi tercapainya tujuan pengajaran.
Sugito (2003:70) mengemukakan bahwa “manajemen kelas yang efektif dan efisien itu akan mewujudkan proses pembelajaran yang efektif pula yang ditandai oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara efektif”. Maksud pernyataan tersebut dengan bahwa pembelajaran bukan sekedar memorasi, bukan pula sekedar penekanan dada penugasan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan siswa. Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis pada siswa. Bahkan pembelajaran efektif juga lebih menekankan pada bagaimana agar siswa mampu belajar cara belajar (learning to learn). Melalui kreatifitas guru dalam mengelola kelas, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan (joyfull learning) dan tentu saja akan membangkitkan motivasi belajar siswa yang memusatkan pada kebutuhan aktualisasi diri mencapai prestasi dengan sendirinya, perwujudan pembelajaran efektif dalam memberikan kecakapan hidup (life skill) kepada siswa.
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa manajemen kelas sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Berhasilnya pencapaian tujuan pembelajaran tersebut sangatlah ditentukan oleh manajemen kelas yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
Jadi manajemen kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru secara sengaja dan dilakukan secara berkesinambungan dengan tujuan membuat anak didik merasa betah di dalam kelas dengan adanya suasana yang menyenangkan atau kondusif demi tercapainya tujuan pengajaran.
Sugito (2003:70) mengemukakan bahwa “manajemen kelas yang efektif dan efisien itu akan mewujudkan proses pembelajaran yang efektif pula yang ditandai oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara efektif”. Maksud pernyataan tersebut dengan bahwa pembelajaran bukan sekedar memorasi, bukan pula sekedar penekanan dada penugasan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan siswa. Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis pada siswa. Bahkan pembelajaran efektif juga lebih menekankan pada bagaimana agar siswa mampu belajar cara belajar (learning to learn). Melalui kreatifitas guru dalam mengelola kelas, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan (joyfull learning) dan tentu saja akan membangkitkan motivasi belajar siswa yang memusatkan pada kebutuhan aktualisasi diri mencapai prestasi dengan sendirinya, perwujudan pembelajaran efektif dalam memberikan kecakapan hidup (life skill) kepada siswa.
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa manajemen kelas sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Berhasilnya pencapaian tujuan pembelajaran tersebut sangatlah ditentukan oleh manajemen kelas yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
C. Usaha Memaksimalkan Manajemen Kelas
1. Sifat dan Situasi
Belajar Mengajar
a. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar penting
terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan
belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan
pengajaran.
Lingkungan fisik dimaksud akan
meliputi hal-hal di bawah ini :
1) Rungan tempat berlangsung proses belajar mengajar.
2) Pengaturan tempat duduk.
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya.
1) Rungan tempat berlangsung proses belajar mengajar.
2) Pengaturan tempat duduk.
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya.
4) Pengaturan alat-alat pengajaran.
b. Kondisi Sosio-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahan peserta didik merupakan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran,
yang meliputi tipe kepemimpinan, sikap guru, dan suara guru.
c. Kondisi Organisasional
Kegiatan
rutin secara organisasional dilakukan baik di tingkat kelas maupun di tingkat
sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolan kelas yang meliputi:
1)
Penggantian pelajaran
2) Guru yang berhalangan hadir
3) Masalah antar peserta didik
4) Upacara bendera
5) Kegiatan lainnya
3) Masalah antar peserta didik
4) Upacara bendera
5) Kegiatan lainnya
2. Masalah Manajemen Kelas
Manajemen kelas bukanlah hal yang mudah
dan ringan. Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan
ketidakmampuan guru mengelolah kelas. Indikator dari kegagalan itu adalah
prestasi belajar siswa rendah. Tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran
yang ditentukan. Karena itu, manajemen kelas merupakan kompetensi guru yang
sangat tinggi dikuasai oleh guru dalam rangka keberhasilan proses belajar
mengajar.
Menurut Made Pidarta (Syaiful Bahri Djamarah, 2002) mengemukakan bahwa masalah-masalah pengelolan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:
Menurut Made Pidarta (Syaiful Bahri Djamarah, 2002) mengemukakan bahwa masalah-masalah pengelolan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:
a. Kurang
kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, dan pertentangan jenis kelamin.
b. Tidak
ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, mislanya, ribut, bercakp-cakap,
pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
c. Reaksi
negatif terhadap anggota kelompok, misalnya, ribut, bermusuhan, mengucilkan,
merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya.
d.Kelas
mentoleransi kekeliruan teman-temannya, ialah menerima dan mendorong perilaku
siswa yang kelliru.
e. Mudah
bereaksi negatif/terganggu, misalnya bila di datangi monitor, tamu-tamu, iklim
yang berubah.
f. Moral
rendah, permusuhan, agresif. Misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar
kurang, kekurangan uang dan sebagainya.
g. Tidak
mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas
tambahan, anggota kelas yang baru, situasi yang baru dan sebagainya.
Doyle
(Syaiful Bahri Djamarah, 2002) memandang variabel masalah pengelolan kelas dari
sudut lain. Pendapatnya terungkap dari lima kategori masalah, yaitu:
a. Berdimensi
banyak (multidimensionality)
Guru dituntut untuk melaksanakan
berbagai tugas yang meliputi tugas akademik yaitu persiapan mengajar lengkap
dengan alat sera menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi dan tugas administrasi
yang meliputi pekerjaan mengabsen, mencatat data siswa, menyusun jadwal, dan
mencatat hasil-hasil pengajaran.
b. Serentak
(simultancity)
Berbagai hal dapat terjadi pada waktu
yang sama di kelas. Pekerjaan yang satu harus dikerjakan, tetapi pekerjaan yang
lain tidak dapat ditunda. Seperti selama dilaksanakan diskusi, guru tidak hanya
harus mendengarkan dan membantu mengarahkan pikiran siswa, tetapi juga memantau
siswa yang kurang aktif dan efektif melibatkan diri dalam kegiatan, dan mencari
strategi agar diskusi dapat berjalan dengan baik.
c. Segera
(immediacy)
Proses integrasi guru dengan siswa
terjadi timbal balik begitu cepat, sehingga menuntut guru dapat segera
bertindak melalui proses berfikir : menerima rangsangan dari luar, berfikir,
memutuskan dan melaksanakan tindakan. Untuk sesegera mungkin mengantisipasi
permaslahan di atas itulah terkadang menjadi masalah bagi guru.
d. Iklim
kelas yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu.
Doyle mengatakan bahwa iklim yang
terjadi di kelas bukan semata-semata merupakan hasil upaya guru. Banyak faktor
yang mempengarruhi terjadinya iklim di kelas, dan beberapa di antaranya datang
dengan tiba-tiba. Seperti cecak yang jauh, sehingga mengagetkan siswa yang
mengakibatkan suasana kelas menjadi gaduh.
e. Sejarah
(history)
Emmer, Everston dan Anderson (1980)
mengemukakan bahwa peristiwa yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah akan
banyak berpengaruh pada manajemen kelas pada tingkat-tingkat berikutnya.
Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwasannya pengelolaan kelas memang tidak segampang yang kita fikirkan akan
tetapi seorang guru harus mengerti keadaan murid-murinya dan dapat mengatasi
hal-hal yang dilakukan oleh murid-muridnya yang menyimpang dari proses
pembelajaran misalkan menjaili temanya ketika guru menerangkan,, membuat sebuah
kegaduhan, dan masi banyak prilaku atau tinhkah laku murid yang keluar dari
proses pembelajaran.
maka
dari itu guru dituntut agar dapat mengarti dan memahami keadaan, prilaku ,dan
masala apayang dimiliki murid-muridnya agar tecapainya proses pembelajaran yang
diingikakan, kemudian hal yang harus diperhatkan juga adalah guru harus
mengemas semenarik mungkin materi yang akan disampaikan kepada murid-muridnya
supya pesertadidik tertarik dan bersemangat dalam belajar.
3. Bebagai Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena manajemen kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maupun secara Individual.
Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerja sama di antara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu terdapat beberapa interkasi di antara guru dan murid, dan murid dengan murid. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung kepada pendekatan yang guru lakukan dalam rangka manajemen kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah:
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena manajemen kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maupun secara Individual.
Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerja sama di antara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu terdapat beberapa interkasi di antara guru dan murid, dan murid dengan murid. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung kepada pendekatan yang guru lakukan dalam rangka manajemen kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah:
a)
Pendekatan kekuasaan
Manajemen kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan
adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya
da kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui
kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
b)
Pendekatan ancaman
Dari pendekatan ancaman atau antimidasi ini, manajemen kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik dengan cara memberikan ancaman, misalnya, melarang, ejekan, sindirin dan paksaan.
Dari pendekatan ancaman atau antimidasi ini, manajemen kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik dengan cara memberikan ancaman, misalnya, melarang, ejekan, sindirin dan paksaan.
c)
Pendekatan kebebasan
Manajemen kelas diartikan sebagai proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
Manajemen kelas diartikan sebagai proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas mengerjakan sesuatu kapan dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d)
Pendekatan resep
Di lakukan dengan memberi satu daftar
yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan
oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
e)
Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
f)
Pendekatan perubahan tingkah laku
Manajemen kelas diartikan sebagai suatu prose untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah untuk mengembangkan ingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Manajemen kelas diartikan sebagai suatu prose untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah untuk mengembangkan ingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
g)
Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial
Menurut pendekatan ini, manajemen kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan yang baik antara guru dan anak didik, atau antara anak didik pribadi itu dan peranannya.
Menurut pendekatan ini, manajemen kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan yang baik antara guru dan anak didik, atau antara anak didik pribadi itu dan peranannya.
h)
Pendekatan proses kelompok
Manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai salah satu sistem sosial, di mana proses kelompok yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.
Manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai salah satu sistem sosial, di mana proses kelompok yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.
i)
Pendekatan elektis dan pluralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memiih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang dihadapinya. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu rumpun kegiatan guru untuk menciptkan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memiih berbagai pendekatan tersebut di atas berdasarkan situasi yang dihadapinya. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu rumpun kegiatan guru untuk menciptkan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Menurut para ahli pendidikan dari luar negeri, beberapa pendekatan yang hendaknya dilaksanakan oleh guru antara lain:
a) Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi
yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan
“buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam
mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement
(untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk
mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement
negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah
hanya akan menimbulkan masalah baru.
b) Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh
adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau
peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam
hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness,
genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai
manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut
pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa
dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan
pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan;
serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal
senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan
peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan
menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed
terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat
“kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana
penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs
mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab;
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
c) Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan
ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial
dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan
kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip –
prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu:(a) mutual
expectations (saling mendukung);
(b) leadership (kepemimpinan);
(c) attraction (pola persahabatan); (d) norm; (e) communication
(komunikasi); (f) cohesiveness
(kepaduan).
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Maman. 1998. Manajemen
Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Rohani,
Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 1996. Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
http://www.sekolahdasar.net/2009/01/pengertian-pengeloaan-kelas.html#ixzz2Ebm
ILffl, diakses 16 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar